Siasat Anak Suka Sayur

Tak suka sayur atau buah adalah masalah banyak anak di berbagai belahan dunia. Ada siasat jitu yang dapat kita lakukan pada anak, sejak usia bayi.

Setelah mengonsumsi makanan pendamping ASI (MPASI) di usia 6 bulan, ibu akan menghadapi petualangan anak makan yang seringkali menantang. Menolak makan sayur adalah yang paling sering terjadi. Dalam acara “Obrolan Sehat Lezat Bersama Dr. Tiwi” tanggal 9 Februari 2014, konsultan dan pendidik Yohana Elizabeth Hardjadinata, MBA, MPd, memberikan beberapa kiat agar anak suka makan sayur.

Ada beberapa perilaku ‘sabotase’ sayuran yang umumnya dilakukan anak. Mulai dari mogok makan, tantrum (mengamuk), bertingkah berlebihan (drama king/queen), atau anak memuntahkan makanannya. Hal pertama yang perlu dilakukan ibu saat anak menolah makanan tertentu, seperti sayur, adalah mencari penyebabnya. Apakah karena ada gangguan fisik pada anak –misalnya bila anak muntah– atau sekadar tidak suka. Bila ada gangguan fisik, mintalah bantuan dokter anak.

Perkenalan anak pada berbagai jenis makanan –termasuk sayur– sebenarnya dapat dimulai secara bertahap sejak bayi mengonsumsi MPASI. Mulailah dari sayuran yang bertekstur lembut seperti wortel dan bayam. Makin bertambah usia bayi, sayurannya pun bisa makin bertekstur kasar dan bertambah variasinya.

Bila anak telanjur tak suka makanan tertentu seperti sayur dan buah, tak perlu memaksa atau memarahinya agar dia suka. Daripada ibu atau ayah berteriak memaksa anak mengonsumsi sayuran yang tak disukainya, lebih baik dicoba cara-cara berikut:

  • Jangan cepat menyerah. Otak bayi itu besifat plastis, lentur. Bila dia menolak makanan tertentu, jangan langsung berhenti memberikan makanan tersebut. Terus coba berikan pada hari berikutnya. Penelitian menunjukkan kita bisa menerima satu jenis makanan yang tidak kita sukai setelah diberikan 9-10 kali. Misalnya saja, orang Jakarta yang tak suka pizza lantas tinggal di Italia dan disuguhi pizza terus, maka dia akan menyukai pizza karena reseptor lidahnya makin beradaptasi dengan rasa pizza. Demikian pula dengan bayi, sebetulnya belum tentu karena dia tidak suka, tetapi bisa jadi karena belum mengenal rasa makanan tersebut. Biarkan saja bayi mencoba makanannya dengan tangan, tidak dengan sendok.
  • Jadilah contoh yang baik bagi anak. Orang tua adalah cermin bagi anak. Umumnya, orang tua, khususnya ibu, yang tak suka sayur maka anaknya pun tidak suka makan sayur. Mengapa? Karena ibu yang tak suka sayur biasanya jarang masak sayur, dan anak tidak memiliki contoh bagaimana menikmati sayur.
  • Kreatif, yuk! Sajikan makanan yang tidak disukai anak dengan cara menarik. Bisa hiasannya yang menarik, atau alat makan yang digunakan yang menarik minat anak untuk menyantap makanannya. Intinya, berkreasilah dengan makanan anak.
  • Ajak belanja. Aktivitas ini menyenangkan bagi anak yang lebih besar. Ajaknya si kecil mengenal berbagai bahan makanan yang biasa dikonsumsi atau mencoba makanan baru dikenalnya.
  • Jadikan ia asisten cilik. Setelah berbelanja pasti anak senang jadi asisten ibu di dapur. Beri ia kesempatan memetiki kacang panjang atau buncis, misalnya. Ceritakan apa manfaat sayuran yang dia siangi untuk tubuhnya. Jangan lupa, puji hasil kerja asisten cilik ibu, bagaimana pun hasil kerjanya.
  • Ajak bercocok tanam. Bila tak punya cukup lahan, seperti tinggal di apartemen, ajak anak menanam pohon tomat di pot kecil. Atau, buat kecambah dengan medium kapas basah. Anak akan terkagum-kagum melihat perubahan ujud kacang hijau menjadi kecambah.

Tak perlu bereaksi berlebihan bila anak tetap tak menyukai sayur bayam padahal berbagai upaya telah kita coba. Apalagi bila dia mau mengonsumsi sayuran lainnya. Seperti juga kita yang punya makanan kesukaan dan makanan yang tidak kita suka, maka begitu pula anak. Jadi, hargai anak sebagai individu berbeda. Siasati dengan menyuguhkan makanan pengganti lain yang memiliki nilai gizi hampir sama dengan makanan yang tak dia sukai. Tetap sediakan makanan yang tidak disuka anak di meja makan. Siapa tahu setelah menyaksikan temannya menyantap nikmat makanan tersebut anak jadi mau mengonsumsinya.

Selamat menikmati petualangan anak makan!

Artikel Terkait

ARTIKEL TERBARU

Refleks Perlindungan Bayi Baru

Bayi baru lahir terlihat lemah dan tak berdaya. Jangan salah, ia memiliki sistem perlindungan yang sangat baik untuk bertahan hidup, berupa gerakan-gerakan refleks.

Nasi Tim Saring Hati Ayam

Menu nasi tim saring Hati Ayam ini bisa menjadi inspirasi memenuhi kebutuhan nutrisi MPASI si kecil.

"Superfood" di Masa MPASI

Kandungan nutrisi hati ayam membuatnya menjadi salah satu sumber makanan penting untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan anak setelah berusia 6 bulan.