Menyiasati Intoleransi Makanan Si Kecil

Jangan segan mencobakan kembali jenis makanan yang memicu reaksi intolerans pada si kecil. Fungsi metabolismenya akan membaik seiring pertambahan usia.

Sedikit berbeda dari alergi makanan yang mulai muncul pada periode MPASI, kondisi inteloransi sudah bisa dideteksi sejak dini, pada bayi terlebih yang tidak mendapatkan ASI. Jenis intoleransi yang umum adalah sensitivitas terhadap laktosa susu formula. Kondisi ini disebabkan karena pencernaan anak belum bisa menguraikan jenis gula yang terkandung di dalam produk susu formula.

Sementara setelah mendapatkan MPASI, salah satu unsur makanan yang menyebabkan intoleransi adalah sulfit, yang biasanya ditemukan dalam bahan makanan berpengawet.

Gejala intoleransi makanan yang terlihat pada bayi antara lain:

  • Kembung dan banyak gas di dalam perut
  • Diare
  • Sulit BAB (konstipasi)
  • Kram
  • Terlihat seperti mau muntah, karena mual

Cara terbaik untuk mengelola intoleransi makanan pada bayi adalah dengan menghentikan pemberian jenis makanan itu sementara. Tunggu beberapa minggu, kemudian dicobakan kembali. Namun bukan berarti tidak mencari ganti asupan unsur di dalamnya. Misalnya jika anak menunjukkan reaksi intolerasi saat diberikan ikan, hentikan ikan beberapa saat, namun asupan proteinnya diganti dengan sumber lain, seperti kacang-kacangan termasuk lentil, dan buncis.

Jika bayi tanpa sengaja memakan unsur makanan yang termasuk di dalam daftar intoleransinya, maka beri ia minum air, kemudian biarkan perutnya beristirahat dengan tidak memberikannya makanan apa pun selama minimal 1 jam.

Artikel Terkait

Comments

ARTIKEL TERBARU

Refleks Perlindungan Bayi Baru

Bayi baru lahir terlihat lemah dan tak berdaya. Jangan salah, ia memiliki sistem perlindungan yang sangat baik untuk bertahan hidup, berupa gerakan-gerakan refleks.

Nasi Tim Saring Hati Ayam

Menu nasi tim saring Hati Ayam ini bisa menjadi inspirasi memenuhi kebutuhan nutrisi MPASI si kecil.

"Superfood" di Masa MPASI

Kandungan nutrisi hati ayam membuatnya menjadi salah satu sumber makanan penting untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan anak setelah berusia 6 bulan.